loading...

Thursday, January 10, 2019

MANDI SETELAH HAID, KEPUTIHAN & NYERI HAID MENGGUNAKAN BIDARA KEPUTIHAN & NYERI HAID

loading...
DAUN BIDARA UNTUK MANDI SETELAH HAID BAHKAN BAGUS UNTUK KEPUTIHAN


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat berbagiilmuklik masih dalam pembahasan manfaat Daun Bidara di kehidupan sehari-hari, ternyata banyak sekali manfaat yang perlu kita ketahui. Baiklah kali ini klikmin akan membahas tentang mandinya wanita setelah haid menggunakan campuran daun bidara ini.
Didalam Al-Quran, pohon bidara disebutkan beberapa kali. Salah satunya adalah:

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ. فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ

Artinya: Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri. (Q.S. Al Waqiah: 27-28)
Secara singkat, golongan kanan adalah golongan yang akan masuk surga. Kemudian nantinya didalam surga mereka para golongan kanan berada di antara pohon bidara yang tidak berduri. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa pohon bidara tersebut adalah pohon bidara yang telah dipotong durinya atau pohon bidara tidak berduri.





Bahkan dilangit ke tujuh (7) atau disebut juga Sidratul Muntaha / Sidrat Al-Muntaha (سدرة المنتهى)  dilansir dari Wikipedia bahwa Sidratul Muntaha ini merupakan Pohon Bidara terbesar yang jumlah daunya sebanyak jumlah makhluk hidup di dunia dan terletak di langit paling atas (langit ke tujuh) tepat dibawah arsy Allah SWT.




Dalam hadist disebutkan bahwa :
1.      Qois bin ‘Ashim radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

“Sesungguhnya beliau masuk Islam, kemudian Nabi shallallahu‘alaihiwasallam memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun bidara.” (HR. An Nasai no. 188, At Tirmidzi no. 605, Ahmad 5/61. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

2.      Hadits yang lain menjelaskan tentang perintah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu ‘Athiyah dan kepada para wanita yang melayat untuk memandikan anaknya.

اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مَنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

“Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kapur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim no. 939).

3.      Hadits lain yang menjelaskan tentang penggunaan daun bidara adalah hadits ‘Aisyah bahwasanya Asma` binti Syakal bertanya kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tentang mandi Haid, maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menjawab :

تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُوْرَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدْلِكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا حَتَى يَبْلُغَ شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا. فَقَالَتْ أَسْمَاءُ : وَكَيْفَ أَتَطَهَّرُ بِهَا ؟ فَقَالَ : سُبْحَانَ الله تَطَهَّرِيْنَ بِهَا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ : كَأَنَّهَا تَخْفَى ذَلِكَ تَتَبَّعِيْنَ أَثَرَ الدَّمِ.

“Hendaklah salah seorang di antara kalian mengambil air dan daun bidara kemudian bersuci dengan sempurna kemudian menyiram kepalanya dan menyela-nyelanya dengan keras sampai ke dasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan air. Kemudian mengambil sepotong kain (atau yang semisalnya) yang telah diberi wangi-wangian kemudian dia bersuci dengannya. Kemudian Asma` bertanya lagi : “Bagaimana saya bersuci dengannya?”. Nabi menjawab : “Subhanallah, bersuci dengannya”. Kata ‘Aisyah : “Seakan-akan Asma` tidak paham dengan yang demikian, maka ikutilah (cucilah) bekas-bekas darah (kemaluan)”. (HR. Muslim)

Secara sederhana haid adalah proses keluarnya darah kotor melalui vagina sebagai siklus bulanan wanita remaja hingga sebelum masa menopause. Biasanya yang membuat terganggu adalah bau darah haid yang cukup menyengat. Kalian bisa menggunakan campuran air daun bidara untuk mengatasinya.
Sebagaimana telah disebutkan dalam salah satu hadits yang sudah saya cantumkan di atas. Di dalamnya dijelaskan bahwasanya Rasulullah memerintahkan untuk membersihkan kemaluan wanita setelah masa haid dengan daun tersebut.

 Mengatasi Haid Tidak Lancar
Bagi wanita, haid adalah suatu keniscayaan karena merupakan sunnatullah. Dalam hal haid, tidak semua wanita mempunyai siklus yang normal. Ada sebagaian para wanita yang memiliki siklus haid yang tidak teratur. Padahal siklus haid ini adalah masalah yang sangat penting bagi wanita secara kesehatan maupun dalam hal unutk memiliki momongan.
Jika anda mengalalmi hal tersebut, anda bisa menggunakan daun bidara sebagai obat herbal yang diminum secara rutin. Insyaallah dengan rutin disertai kesabaran, masalah haid anda akan terselesaikan.
Jadi Menurut hadist – hadist di atas Air dan Daun Bidara sangat baik di aplikasikan untuk kehidupan sehari-hari, untuk mandi & mensucikan diri baik bagi laki-laki maupun perempuan.







Wednesday, December 12, 2018

SUNNAH MEMANDIKAN JENAZAH DENGAN DAUN BIDARA

loading...
SUNNAH MEMANDIKAN JENAZAH DENGAN DAUN BIDARA



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Banyak dari kita belum mengetahui akan hal ini, memandikan jenazah dengan campuran daun bidara. Ketika ada yang meninggal terbiasa memandikannya dengan daun kelor atau panglai (pasundan/sunda) atau Mungle (Aceh), Bungle (Tapanuli), Kunik Bolai (Rana Minang), Banglee’iy (Rejang) atau lainnya.

Namun taukah anda, jika ada tanaman yang disunahkan jika ada orang yang meninggal untuk memandikannya dengan daun dari tanaman tersebut.
tentunya kita meyakini bahwa apa yang disunahkan oleh Nabi kita Muhammad SAW, pasti banyak mengandung kebaikan, baik yang sudah dibuktikan secara ilmiah maupun yang belum terbukti. Baiklah langsung saja saya akan mengutip beberapa hadits dan ayat Al-Quran, yang didalamnya disebutkan daun atau pohon bidara.


1.     Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa ‘ ala alihi wa sallam juga bersabda,
“Kami pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘ alaihi wa ‘ ala alihi wa sallam ke Hunain dan ketika itu, kami baru saja meninggalkan kekafiran, dan orang-orang musyrikin memiliki pohon bidara yang mereka i’tikaf di sekitar pohon itu dan menggantungkan senjata-senjata mereka, yang pohon tersebut disebut (dinamakan) Dzatu Anwath. Kami melewati pohon tersebut kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzata Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwath.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa ‘ ala alihi wa sallam bertakbir -dalam riwayat yang lain bertasbih-, ‘Sungguh benar-benar kalian akan mengikuti jalan-jalan orang-orang sebelum kalian sebagaimana permintaan Bani Israil kepada Musa, Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata:(?) ‘Buatlah untuk kami sebuah sesembahan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan (berhala).’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang jahil.’.’.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzy. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Zhilalul Jannah no. 76)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan Rabbmu agungkanlah,dan pakaianmu bersihkanlah,dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. [Al-Muddatstsir: 3-5 ]

BACA JUGA : CARA MENGGUNAKAN DAUN BIDARA UNTUK GANGGUAN JIN


1.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhary-Muslim tentang kisah Tsumamah bin Utsal radhiyallahu ‘anhu yang sengaja mandi[2] kemudian menghadap kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam. b. Hadits Qois bin A’shim radhiyallahu ‘anhu :
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أُرِيْدُ الإِسْلاَمَ فَأَمَرَنِيْ أَنْ أَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
“Saya mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam maka Nabi memerintahkan kepadaku untuk mandi dengan air dan daun bidara”. (HR. Ahmad 5/61, Abu Daud no. 355, An-Nasa`i 1/91, At-Tirmidzy no. 605 dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy 1/187).

2.     Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang orang yang jatuh dari ontanya dan meninggal, Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
اغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَكَفِّنُوْهُ فِي ثَوْبَيْنِ.
“Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara dan kafanilah dengan dua baju”. (HR. Bukhary-Muslim).

3.     Hadits Ummu ‘Athiyah tatkala anak Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam meninggal, beliau bersabda :
اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ أَكْثَرَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

“Mandikanlah dia tiga kali atau lima atau tujuh atau lebih jika kalian melihatnya dengan air dan daun bidara”. (HR. Bukhary-Muslim).

          BACA JUGA : MANFAAT DAUN BIDARA ARAB/ SIDR 



1.     hadits ‘Aisyah bahwasanya Asma` bintu Syakal bertanya kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tentang mandi Haid, maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menjawab :
تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُوْرَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدْلِكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا حَتَى يَبْلُغَ شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا. فَقَالَتْ أَسْمَاءُ : وَكَيْفَ
أَتَطَهَّرُ بِهَا ؟ فَقَالَ : سُبْحَانَ الله تَطَهَّرِيْنَ بِهَا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ : كَأَنَّهَا تَخْفَى ذَلِكَ تَتَبَّعِيْنَ أَثَرَ الدَّمِ.
“Hendaklah salah seorang di antara kalian mengambil air dan daun bidara kemudian bersuci dengan sempurna kemudian menyiram kepalanya dan menyela-nyelanya dengan keras sampai ke dasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan air. Kemudian mengambil sepotong kain (atau yang semisalnya-pent.) yang telah diberi wangi-wangian kemudian dia bersuci dengannya. Kemudian Asma` bertanya lagi : “Bagaimana saya bersuci dengannya?”. Nabi menjawab : “Subhanallah, bersuci dengannya”. Kata ‘Aisyah : “Seakan-akan Asma` tidak paham dengan yang demikian, maka ikutilah (cucilah) bekas-bekas darah (kemaluan)”. (HSR. Muslim)
2.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhary-Muslim tentang kisah Tsumamah bin Utsal radhiyallahu ‘anhu yang sengaja mandi[2] kemudian menghadap kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam. b. Hadits Qois bin A’shim radhiyallahu ‘anhu :
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أُرِيْدُ الإِسْلاَمَ فَأَمَرَنِيْ أَنْ أَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
“Saya mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam maka Nabi memerintahkan kepadaku untuk mandi dengan air dan daun bidara”. (HR. Ahmad 5/61, Abu Daud no. 355, An-Nasa`i 1/91, At-Tirmidzy no. 605 dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy 1/187).

Kitab Jenazah
Bab Ke-9: Disunnahkan Memandikan dengan Hitungan Ganjil
Ummu Athiyah r.a. (seorang wanita Anshar yang turut berbai’at, yang datang ke Bashrah untuk mencari anak nya, tetapi tidak menemukannya 2/74) berkata, “Rasulullah masuk kepada kami ketika kami sedang memandikan putri beliau seraya bersabda, ‘Mandikanlah dengan siraman yang ganjil, yaitu tiga kali, lima kali (tujuh kali), atau lebih banyak dari itu-jika kamu memandang perlu-dengan menggunakan air dan daun bidara. Berilah kapur barus di akhir kalinya.’ Beliau bersabda kepada kami ketika kami hendak memandikannya, ‘Mulailah dengan anggota badan bagian kanan dan anggota-anggota wudhunya. Jika telah selesai, maka beritahukanlah aku.’ Ketika kami telah selesai, kami memberi tahu beliau. Lalu, beliau memberikan sarung beliau kepada kami seraya bersabda, ‘Pakaikanlah (sarung ini) kepada nya.’ (Dan beliau tidak menambah dari itu, dan aku tidak mengetahui putri beliau yang mana dia itu). Kami sisir dia (dan dalam satu riwayat: lalu kami ikat rambutnya) tiga ikatan. (Dan dalam satu riwayat: Ummu Athiyah berkata, ‘Mereka uraikan rambutnya, kemudian mereka mandikan, lalu mereka ikat menjadi tiga.) (Sufyan berkata, ‘Pada dua ubun-ubunnya dan dua tanduknya.’ 2/75). Lalu, kami letakkan rambutnya ke belakang.” (Dan Ayyub memperkirakan agar memakaikan pakaian beliau kepadanya. Begitulah Ibnu Sirin memerintahkan agar mayat wanita dikenakan padanya pakaian dan tidak dipakaikan sarung padanya).
Bab Ke-20: Memberikan Harum-haruman kepada Mayat
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Mengenai orang yang terjatuh dari kendaraannya kemudian meninggal, mandikanlah ia dengan air dan daun bidara, dan kafankanlah dengan dua lapis kainnya.” Muttafaq Alaihi. 4:yakni dengan kedua pakaian ihramnya. Saat itu ia sedang wuquf di Arafah pada haji wada’. Kelanjutan sabda beliau adalah: Janganlah kamu membalsamnya dan jangan menutupi kepalanya, karena sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai orang yang bertalbiyah).
Didalam Al-Quran pohon bidara disebutkan di beberapa ayat:
56. AL WAAQI’AH (HARI KIAMAT) ayat 28
berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
34. SABA‘ (NEGERI SABA)
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr / bidara

Demikian kutipan – kutipan Al-Quran, Hadist tentang daun bidara & cara penggunaan untuk memandikan jenazah. Jika ada kesalahan dalam penulisan kutipan Al-Quran & Hadist mohon dapat dikoreksi.  Mohon maaf apabila ada kelasahan dalam penulisan maupun kutipan. Semoga bermanfaat 

Barakallah Fiikum

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tuesday, December 11, 2018

CARA MENGGUNAKAN DAUN BIDARA UNTUK GANGGUAN JIN

loading...

CARA MENGGUNAKAN DAUN BIDARA UNTUK GANGGUAN JIN



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada post sebelumnya kita sudah membahas manfaat dari Tanaman Bidara ini, dimulai dari buah hingga batangnya yang sangat bermanfaat.
Alhamdulilah di post kali saya ada waktu saling berbagi, bagaimana daun bidara & batang bidara ini di gunakan sebagai herbal untuk membantu dalam mengobati penyakit non medis
Sebagai salah satu jalan ikhtiar kita, dan yang harus tetap di jalani bahwa datangnya kesembuhan itu dari Allah SWT.


® Dibawah ini ada Hadist yang menerangkan bahwa daun bidara dapat digunakan untuk mengobati gangguan jin dan sihir :

1. Ibnu Baththal berkata : dalam kitab Wahb bin Munabih, disebutkan bahwa hendaklah mengambil 7 lembar daun bidara hijau, mengurusnya di antara dua batu, lalu mencampurnya dengan air dan dibacakan ayat kursi dan qawaqil (surat yang dimulai dengan قُلْ yaitu surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an Naas). Kemudian dia meminumnya tiga teguk, kemudian mandi dengannya. Insyaallah apa yang dialaminya akan hilang. Ini bagus untuk suami yang tidak bisa menggauli istrinya karena sihir. (Fathul Majid, Muhammad Bin Abdul Wahhab).

2. Al Qurtubi menceritakan dari Wahab untuk mengobati Sihir: “Diambil 7 helai daun bidara ditumbuk halus lalu dicampurkan air dan dibacakan Ayat Kursi dan diberi minum pada orang yang terkena sihir tiga kali teguk dan air di ember (yang telah dibacakan ayat-ayat dan juga dicampur bidara) dipakai untuk mandi, InsyaAllah akan hilang sihirnya.” “Dan diutamakan membaca Al Falaq, An Naas, juga ditambah Ayat Kursi karena ayat-ayat itu dapat mengusir Syaitan.” (Tafsir Ibn Katsir Jilid Satu Terjemahan Singkat Halaman 171)
  

® Tata cara menggunakan daun Bidara :
Sudah banyak artikel yang membahas tentang cara menggunakan daun bidara untuk mengobati gangguan jin dan sihir :
     ·        Daun Bidara Di Tumbuk
1. Ambil 7 helai daun Bidara
2. Tumbuk halus
3. Beri air secukupnya untuk minum dan sisanya untuk dipakai mandi
4. Campurkan daun bidara yang telah ditumbuk tadi kedalam air dan di aduk
5. Ambilah wudhu, dan sholat sunah atau taubat
6. Ruqyah dengan ayat-ayat Al-Qur’an seperti, alfatihah, ayat kursi, Al kafirun, Al Ikhlas dan   Mu’awwidzatain (al-Falaq dan An-Naas). Masing-masing surat dibaca 3-7x dan setiap selesai baca tiupkan ke air.
7. Jangan lupa sebelum meruqyah air bidara, awali dengan Istighfar, memuji Allah dgn asma-Nya, bersolawat nabi sebagaimana solawat dalam sholat.
8. Dan selesai ruqyah tutup dengan sholawat Nabi dan Hamdalah.
Cara mandi: usahakan mandi ditempat yg suci. Dan untuk wanita pakai kemben/tertutup jangan mandi tanpa pakaian sama sekali. Begitupun yang laki jangan bertelanjang bulat.
Terapi Bidara ini bisa diulang 2 – 3x atau sampai gangguan benar-benar hilang. Atas izin Allah. Perbaiki juga ibadahnya.
     ·        Daun Bidara di Rebus
 Daun Pegagan
Langkah nya sama seperti yang diatas, namun kali ini sebelum diruqyah direbus dulu bisa dicampur dengan daun Pegagan, setelah di rebuh lalu ditiriskan dan di ruqyah.
·        Daun Bidara di Campur dengan Herbal lain
 Minyak Zaitun
Habbatusauda
Daun bidara yang ditumbung tadi atau dibelender bisa dicampur dengan minyak habbatusauda, propolis, minyak zaitun. Langkahnya sama seperti yang diatas.
Apabila anda memiliki kayu dari tanaman bidara bisa digunakan untuk melakukan pemijatan ringat pada titik-titik yang dianggap sering sakit sambil meruqyahnya.

 Kayu Bidara

Propolis

Alhamdulillah, panduan tata cara mengolah daun bidara ini telah selesai saya tuliskan. Semoga bisa membantu dan sangat bermanfaat bagi pembaca di blog ini. Silahkan di share seluasnya. Jika tetap ingin mendapat pemberitahuan dari post di blog ini silahkan ikuti atau subcribe dengan memasukan email pada kolom disamping kanan.

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam memberikan informasi pada post ini, jika ingin ada yang ditanyakan silahkan isi komentar ataupun pertanyaan pada kolom komentar

Barakallah fiikum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.